Minggu, 11 Agustus 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

 

"PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN"

oleh : Sulastri Wahyuningsih, S.Pd

CGP Angkatan 10 Kabupaten Musi Rawas Utara

 



Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak mempelajari mengenai Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Alur MERDEKA yang harus dilalui oleh calon guru penggerak adalah koneksi antar materi modul 3.1. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun sebuah rangkuman dari materi-materi yang telah dipelajari hingga materi pada modul 3.1. 

Sebelum saya mengaitkan antar materi yang sudah telah dipelajari serta menjawab beberapa pertanyaan pemandu dalam membuat koneksi antar materi ini, saya akan menuliskan kembali hasil rangkuman materi yang berkaitan dengan Pengambilan Keputusan. Ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin sebelum mengambil sebuah keputusan. Hal ini penting agar keputusan yang diambil tepat dan efektif bagi semua orang.

Perbedaan Bujukan Moral dan Dilema Etika

Dalam pengambilan keputusan ada dua hal yang terjadi yaitu bujukan moral dan dilema etika. Nah apakah perbedaan keduanya itu?

  • Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi di mana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. 
  • Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi di mana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dengan nilai kebajikan dalam mengambil sebuah keputusan.

Empat Paradigma dalam Pengambilan Keputusan

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Tiga Prinsip dalam Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan sebuah keputusan ada tiga prinsip yang melandasinya. Ketiga prinsip ini yang sering kali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut yaitu. 

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Ada 9 langkah yang telah disusun dalam memandu pengambilan keputusan dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika :

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  4. Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  6. Melakukan Prinsip Resolusi.
  7. Investigasi Opsi Trilema.
  8. Buat Keputusan.
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

 

1.    Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka terhadap penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka merupakan semboyan yang diserukan oleh Ki Hajar Dewantara yang merupakan landasan berpijak seorang guru (pendidik) di mana seorang guru harus senantiasa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.

Ing Ngarso Sung Tulodho, filosofi ini mengajarkan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa memberikan teladan kepada murid. Salah satunya, dalam pengambilan keputusan.  Seorang guru harus bertindak, berpikir dan berperilaku yang baik sehingga menjadi panutan / teladan bagi murid, warga sekolah maupun warga di lingkungan guru. Guru harus senantiasa menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan universal melalui cipta, rasa dan karsa. Langkah yang dapat dilakukan di antaranya guru dapat mengajarkan murid  melalui perbuatan dengan kesadaran penuh (mindfulness) guna menumbuhkembangkan nilai kebajikan kepada murid. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam akan memberikan gambaran kebaikan bagi guru dalam mengambil keputusan baik dalam situasi bujukan moral maupun dilema etika. 

     Ing Madya Mangun Karsa , filosofi ini mengajarkan untuk dapat membangun karsa dan semangat. Karena itu guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat membangkitkan Karsa semangat dan kemampuan murid-muridnya.

     Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan semangat pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya ini berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya

2.       Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan

Nilai-nilai dalam diri kita sebagai guru memiliki pengaruh besar terhadap pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai ini berkaitan dengan nilai-nilai sebagai guru penggerak yang tertanam dalam diri kita sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran. Nilai inovatif dapat menentukan berbagai opsi pengambilan keputusan yang dilakukan. Nilai kolaboratif akan memengaruhi kita dalam menentukan siapa saja yang berperan dan terlibat dalam pengambilan keputusan. pada nilai mandiri, akan menjadi dasar bagi seorang guru untuk menentukan inisiatif  berdasarkan prinsip pengambilan keputusan. Nilai ini juga akan menjadikan seorang guru bisa berpikir cepat dan tepat dalam menghadapi situasi dilema etika. Nilai dalam guru ini akan memengaruhi sikap dalam menentukan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang terbaik dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi banyak pihak terutama murid.  Nilai-nilai yang tertanam ini sangat berpengaruh pada prinsip pengambilan keputusan yang diambilnya. 


3.       Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya

Dalam proses pengambilan keputusan, selain melakukan pengujian paradigma, prinsip resolusi, serta menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan, diperlukan juga keterampilan lainnya. Salah satunya keterampilan coaching. Dengan teknik coaching, keputusan diambil dengan memperhatikan etika, nilai-nilai kebajikan universal, disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Salah satu ciri khas teknik coaching adalah adanya prinsip kesetaraan sehingga coach tidak terkesan menggurui coachee. Pada proses coaching, langkah pengujian pun dapat diketahui secara jelas. Kita sebagai Coach dalam hal ini sebagai pengambil keputusan, dapat meminta penjelasan kepada coachee yang terlibat dalam permasalahan agar bisa menjadi pertimbangan bagi coachee untuk mengambil keputusan dengan cara memberikan pertanyaan pemantik yang dapat mengarahkan coachee untuk menemukan potensinya, dan melihat  berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Selama proses identifikasi,  pembelajaran serta pendampingan melalui kegiatan coaching bersama fasilitator sangat efektif dalam membantu saya memahami materi yang ada. Contoh-contoh kegiatan coaching yang ada memberikan tambahan ilmu untuk dapat diaplikasikan di sekolah.


4.       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosinya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan secara sadar penuh, kesadaran atas  berbagai pilihan dan dampak yang ada. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi serta membangun relasi sosial akan menumbuhkan simpati dan empati sehingga individu tersebut dapat memposisikan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Seorang guru yang memiliki rasa empati dan simpati, akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh muridnya. Hal ini berdampak pada proses identifikasi masalah hingga pengambilan keputusannya akan dilakukan dengan bijak. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu harus berpusat pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan serta berdasarkan pada empat paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan yang telah dipelajari. Ketika seorang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan  serta sikap yang baik mengenai aspek sosial dan emosional, maka keputusan yang diambil memiliki dampak dan tujuan yang positif, keputusan yang diambil juga dapat dipertanggungjawabkan.

 

5.       Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral etika dapat meningkatkan rasa simpati dan empati guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi akan dapat mengidentifikasi paradigma dilema etika sehingga dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Selain itu, seorang guru yang telah memiliki nilai-nilai mandiri, inovatif, kolaboratif, reflektif dan berpihak kepada murid akan mampu mengambil suatu keputusan yang juga berpihak pada murid yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Melalui 9 langkah pengujian keputusan, seorang guru akan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya terutama pada proses uji intuisi yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianut.

 

6.       Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma Dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi, Kita juga harus melihat prinsip pengambilan keputusan yang paling tepat, Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menerapkan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan menerapkan hal-hal tersebut maka keputusan yang diambil dapat tepat, bijak dan berdampak baik sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif bagi murid dan seluruh warga sekolah

 

7.       Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang mungkin akan sering saya temukan di lingkungan saya terhadap kasus dilema etika yakni karena permasalahan tersebut terdapat benturan antara nilai-nilai kebajikan, maka terkadang terjadi perbedaan pandangan dengan guru yang lain sehingga menimbulkan kontroversi di sekolah atau lingkungan. Keputusan yang diambil tentunya tidak selalu memuaskan seluruh pihak, namun pemilihan konsekuensi terkecil dapat dijadikan pertimbangan utama agar keputusan yang diambil sesuai dan kondisi di lingkungan menjadi kondusif.

 

8.       Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang diambil pasti akan memiliki pengaruh pada pengajaran, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang pembelajaran yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya.

9.       Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil tentu saja dapat mempengaruhi masa sekarang dan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid ke depannya. Bisa dikatakan bahwa masa depan murid bisa saja tergantung dari keputusan yang diambil guru saat ini. Selain itu, Keputusan yang kita ambil akan senantiasa diingat oleh murid bahkan menjadi role model bagaimana murid akan berpikir dan bertindak di masa datang,  juga bagaimana murid mengambil keputusan ketika menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dan bijak dalam melakukan analisis permasalahan dan pengujian benar salahnya. Pengujian yang dilakukan terdiri dari uji legal, uji regilasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan agar keputusan yang diambil tepat dan akurat

 

10.   Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan uraian di atas adalah, bahwa kita harus mempelajari pengambilan keputusan dengan tepat dalam pengajaran yang memerdekakan anak demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan masa depan. Selain itu, sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

 

11.   Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal yang menurut saya di luar dugaan adalah bahwa dalam pengambilan keputusan tidak hanya didasarkan pertimbangan dan pemikiran saja namun terdapat identifikasi mengenai bujukan moral atau dilema etika, penggunaan paradigma, pemilihan prinsip pengambilan keputusan yang sesuai serta melakukan sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Hal ini bertujuan agar keputusan yang diambil tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Keberanian mengambil konsekuensi dari opsi yang dipilih juga menjadi hal yang menantang. Perbedaan pandangan antara warga sekolah juga merupakan hal yang harus diperhatikan

 

12.   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Perbedaannya dengan apa yang dipelajari di modul ini adalah pada saat itu saya belum memperhatikan paradigma, prinsip pengambilan keputusan serta sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.  Saya juga belum berkolaborasi dengan rekan sesama guru dalam mengambil keputusan. Menurut saya, jika keputusan yang saya ambil sudah sesuai dengan aturan, maka keputusan saya sudah benar. Setelah mempelajari modul ini, saya memperoleh ilmu bahwa apa yang saya lakukan selama ini belum sepenuhnya tepat.

 

13.   Dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep ini bagi saya adalah saya memahami mengenai konsep dilema etika, bujukan moral, paradigma, prinsip pengambilan keputusan, sembilan langkah pengambilan keputusan serta contoh-contoh kasus mengenai dilema etika dan alternatif-alternatif keputusan yang diambil dengan berbagai konsekuensinya. Perubahan yang terjadi pada cara mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini adalah dimasa mendatang jika saya akan memutuskan sesuatu saya akan mengidentifikasi termasuk dilema etika atau bujukan moral serta menerapkan paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengujian keputusan supaya keputusan yang saya ambil lebih tepat.

 

14.   Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari modul 3.1 ini sangatlah penting untuk dipelajari sebagai seorang individu maupun pemimpin karena kita pasti akan menemui masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan keputusan yang benar. Dengan mempelajari modul ini, kita dapat memahami langkah pengambilan keputusan terlebih jika masalah tersebut berkaitan dengan dilema etika. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan keputusan yang diambil secara serampangan, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar keputusan yang diambil tepat, bijak, dan dapat diterima oleh banyak pihak. Dengan mempelajari modul ini, kita juga dapat belajar mengenai pentingnya bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil dan pertangggungjawabannya.

 

TERIMA KASIH

Jumat, 14 Juni 2024

Artikel Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif

 

Menumbuhkan Budaya Positif Di Sekolah

Oleh : Sulastri Wahyuningsih



Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif. Hal ini menjadi penting untuk diciptakan karena lingkungan yang positif, yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama dapat menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik. Dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar dapat mewujudkan murid menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat serta bertanggung jawab. Selain itu, suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran.

Sebagai pendidik dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid kita dapat memulainya dengan pembentukan lingkungan kelas yang positif yaitu dengan menumbuhkan sikap disiplin positif melalui pembentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan yang universal yang berkembang tanpa membedakan suku, agama, ras, negara dan sebagainya serta telah disepakati bersama seluruh warga kelas. Dengan adanya keyakinan kelas ini di harapkan murid dapat memiliki motivasi dari dalam diri sendiri (motivasi internal) dalam berperilaku baik. Murid tetap akan melakukan perilaku baik bukan karena takut hukuman maupun mengharapkan penghargaan, namun murid berperilaku baik karena ingin menjadi orang yang mereka inginkan, menghargai diri sendiri dengan menjunjung nilai-nilai yang mereka yakini.

Ciri-ciri keyakinan kelas antara lain :

  •       Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret
  •       Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
  •       Keyakinan kelas tidak dibuat dalam jumlah banyak sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  •       Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan kelas tersebut.
  •       Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
  •       Keyakinan kelas ditinjau kembali dari waktu ke waktu.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan keyakinan kelas adalah sebagai berikut :

1.     Meminta murid berdiskusi untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati.

2.     Mencatat semua masukan-masukan murid di papan tulis agar semua murid bisa melihat hasil curah pendapat.

3.     Menyusun keyakinan kelas dan mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.

4.     Mengajak murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari kesepakatan tersebut.

5.     Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua murid dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut.

6.     Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.




Ketika dalam penerapan keyakinan kelas terdapat murid yang melanggar nilai keyakinan yang telah di sepakati, maka hendaknya guru mampu menempatkan posisi kontrol guru yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Seyogyanya, posisi kontrol manajer merupakan posisi yang paling ideal untuk kita terapkan. Ketika kita menerapkan posisi kontrol manajer ini kita dapat menggunakan segitiga restitusi dalam membantu murid memperbaiki kesalahannya. Segitiga restitusi yaitu suatu proses dialog yang di jalankan oleh guru agar murid dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab. Tahapan segitiga restitusi diawali dengan sikap memahami tindakan murid (Menstabilkan Identitas). Kemudian guru mencoba memahami alasan perilaku tersebut (Validasi Tindakan yang salah). Selanjutnya, siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan meminta murid untuk mencari solusi dalam memperbaiki kesalahannya (menanyakan Keyakinan). Segitiga restitusi adalah cara terbaik dalam menyelesaikan permasalahan murid karena murid dapat merefleksikan kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahan mereka sendiri.




Dalam mewujudkan budaya positif sekolah di perlukan kerja sama dan kolaborasi semua pihak sekolah. Oleh sebab itu, untuk memberikan pemahaman tentang budaya positif sebagai calon guru penggerak saya melakukan diseminasi mewujudkan budaya positif disekolah dengan berbagi praktik baik melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang telah di laksanakan pada tanggal 02 Juni 2024 melalui komunitas belajar SMAN Karang Dapo. Dalam kegiatan ini diikuti oleh Kepala Sekolah, guru dan staf SMAN Karang dapo serta guru dari sekolah lain.





Dengan semangat guru penggerak, mari kita wujudkan budaya positif di sekolah kita agar menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab.

Minggu, 05 Mei 2013

OPTIK FISIS

POLARISASI CAHAYA

Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.

1. Polarisasi karena refleksi

Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku  ip + r = 90° atau r = 90° – ip  . Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
Gambar 1. Polarisasi karena refleksi
Gambar 1. Polarisasi karena refleksi

2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ
Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ

 3. Polarisasi karena pembiasan ganda

Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
Gambar 3.  Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.
Gambar 4. Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.

4. Polarisasi karena hamburan

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.
Gambar 4. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita

ALAT OPTIK

Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa, serat optik atau prisma.

MATA

Mata merupakan salah satu contoh alat optik, karena dalam pemakaiannya mata membutuhkan berbagai benda-benda optik seperti lensa.

 
Kornea adalah bagian mata yang melindungi permukaan mata dari kontak dengan udara luar.
Iris adalah selaput tipis yang berfungsi untuk mengatur kebutuhan cahaya dalam pembentukan bayangan.
Lensa adalah bagian mata yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan pada retina.
Retina berfungsi sebagai layar dalam menangkap bayangan benda, di tempat ini terdapat simpul-simpul syaraf optik.
Otot siliar berfungsi untuk mengatur daya akomodasi mata.

Pembentukan bayangan pada mata

KAMERA

Kamera merupakan alat optik yang dapat memindahkan/mengambil gambar dan menyimpannya dalam bentuk file, film maupun print-out. Kamera menggunakan lensa positif dalam membentuk bayangan. Sifat bayangan yang dibentuk kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil.
 
Bagian-bagian dari kamera secara sederhana terdiri dari:
  1. Lensa cembung
  2. Film
  3. Diafragma
  4. Aperture
 



LUP

Lup  adalah alat optik yang memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lensa yang digunakan adalah lensa cembung. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki sifat: maya, tegak, dan diperbesar.
 
Ada dua cara bagaimana menggunakan lup yaitu:
1.     1. Dengan cara mata berakomodasi maksimum
2.    2. Dengan cara mata tidak berakomodasi
Pada mata berakomodasi maksimum
·         Si = -PP = -Sn

Ø  Perbesaran sudut atau perbesaran angular

Pada mata tak berakomodasi
·         Si = -PR
·         So = f
Ø  Perbesaran sudut

M = perbesaran sudut
PP = titik dekat mata dalam meter
f = Jarak fokus lup dalam meter

TEROPONG

Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum teropong terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke obyek dan disebut lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.
Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa obyektif membentuk bayangan nyata dari sebuah obyek jauh dan lensa okuler berfungsi sebagai lup. Panjang teropong adalah jarak antara lensa obyektif dan lensa okulernya.
Ø  Teropong Bintang
Teropong bintang digunakan untuk mengamati obyek-obyek yang ada di langit (bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai lensa obyektif dengan diameter dan jarak fokus besar, sedangkan okulernya adalah sebuah lensa cembung dengan jarak fokus pendek.
Ø  Teropong Bumi
Teropong bumi digunakan untuk mengamati obyek-obyek yang jauh dipermukaan bumi. Teropong ini akan menghasilkan bayangan yang nampak lebih jelas, lebih dekat dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan salah satunya berfungsi sebagai pembalik bayangan.
Ø  Teropong Panggung
Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa positif dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan sekaligus sebagai okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, dan diperkecil.

MIKROSKOP

Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil. Mikroskop yang paling sederhana menggunakan kombinasi dua buah lensa positif, dengan panjang titik fokus obyektif lebih kecil daripada jarak titik fokus lensa okuler.
 
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum.
 
Perbesaran mikroskop pada pengamatan ini adalah:

Keterangan:
S(Ob) = Jarak benda lensa obyektif dalam meter
S’(Ob) = Jarak bayangan lensa obyektif dalam meter
PP = titik dekat pengamat dalam meter
f(Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter
 
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi.
 
Perbesaran mikroskop pada pengamatan ini adalah:

S(Ob) = Jarak benda lensa obyektif dalam meter
S’(Ob) = Jarak bayangan lensa obyektif dalam meter
PP = titik dekat pengamat dalam meter
f(Ok) = panjang fokus lensa okuler dalam meter

 
Panjang Mikroskop
Panjang mikroskop diukur dari jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler. Untuk masing-masing jenis pengamatan, panjang mikroskop dapat dihitung dengan cara yang berbeda.
A.   Mata berakomodasi maksimum
d = Si(Ob) + So(Ok)
B.    Mata tak berakomodasi
d = Si(Ob) + f(Ok)
Keterangan:
d = panjang mikroskop dalam meter
Si(Ob) = jarak bayangan lensa obyektif dalam meter
So(Ok) = jarak benda lensa okulerdalam meter

f(Ok) = jarak fokus lensa okuler dalam meter
 

PENERAPAN ALAT OPTIK


Penerapan alat optik dalam kehidupan sehari-hari di antaranya kamera untuk memotret gambar, lup untuk melihat benda-benda agar terlihat lebih jelas/besar, mikroskop untuk mengamati sel atau jaringan yang tidak dapat teramati dengan mata telanjang.

Selasa, 30 April 2013

Contoh Soal Konsep Optik



SOAL – SOAL KONSEP OPTIK (cermin, dispersi, cahaya sebagai gelombang)
1. Sifat bayangan pada cermin datar selalu. . . .
a. maya, tegak, diperkecil
b. maya, tegak, sama besar
c. nyata, tegak, diperkecil
d. nyata, tegak, sama besar
jawaban : b
2. Sebuah benda terletak diantara dua cermin datar yang membentuk sudut 30o. Jumlah bayangan   benda tersebut adalah
a. 12 buah
b. 11 buah
c. 10 buah
d. 9 buah
jawaban : b,  
3. Cermin cekung dapat dimanfaatkan untuk . . . .
a. reflektor lampu mobil, motor, dan senter
      b. reflektor kaca cermin lemari
c. alat optik pada episkop
d. alat optik pada teleskop
jawaban : a
4. Bayangan yang dibentuk cermin cembung bersifat . . . .
a. maya, tegak, dan diperkecil
b. maya, tegak, dan diperbesar
c. nyata, tegak, dan diperkecil
d. nyata, tegak, dan diperbesar
jawaban : a
5. Sebuah benda berada didepan cermin cekung sejauh 10 cm. Bila jari-jari cermin 30 cm, maka sifat bayangannya adalah . . . .
a. nyata, diperkecil, dan terbalik
b. nyata, diperbesar, dan terbalik
c. maya, diperkecil, dan tegak
d. maya, diperbesar, dan tegak
jawaban : d
6. Sebuah benda berada 15 cm didepan cermin cembung. Bila titik fokus cermin 10 cm, maka jarak bayangannya . . . .
a. 6 cm didepan cermin
b. 6 cm dibelakang cermin
c. 30 cm didepan cermin
d. 30 cm dibelakang cermin
jawaban : c.
7. peristiwa penguraian cahaya polikromatik  menjadi cahaya - cahaya monokromatik disebut
a. polarisasi
b. dispersi
c. interferensi
d. difraksi
jawaban : d
8. Contoh aplikasi dispersi dalam kehidupan sehari-hari adalah . . . .
a. Terjadinya pelangi
b. Terjadinya fatamorgana
c. Warna langit yang tampak biru
d. warna air laut yang tampak biru
jawaban : a