Menumbuhkan Budaya Positif Di Sekolah
Oleh : Sulastri Wahyuningsih
Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana
menciptakan suatu lingkungan positif. Hal ini menjadi penting untuk diciptakan karena
lingkungan yang positif, yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung,
saling belajar, saling bekerja sama dapat menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik.
Dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga
sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan
membentuk sebuah budaya positif.
Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar dapat
mewujudkan murid menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat serta bertanggung
jawab. Selain itu, suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid
kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar
lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran.
Sebagai pendidik dalam mewujudkan budaya positif di
sekolah yang berpihak pada murid kita dapat memulainya dengan pembentukan lingkungan
kelas yang positif yaitu dengan menumbuhkan sikap disiplin positif melalui
pembentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan
yang universal yang berkembang tanpa membedakan suku, agama, ras, negara dan
sebagainya serta telah disepakati bersama seluruh warga kelas. Dengan adanya
keyakinan kelas ini di harapkan murid dapat memiliki motivasi dari dalam diri
sendiri (motivasi internal) dalam berperilaku baik. Murid tetap akan melakukan
perilaku baik bukan karena takut hukuman maupun mengharapkan penghargaan, namun
murid berperilaku baik karena ingin menjadi orang yang mereka inginkan,
menghargai diri sendiri dengan menjunjung nilai-nilai yang mereka yakini.
Ciri-ciri keyakinan kelas
antara lain :
- Bersifat
lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret
- Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
- Keyakinan kelas tidak dibuat dalam
jumlah banyak sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas merupakan sesuatu
yang dapat diterapkan di lingkungan kelas tersebut.
- Pembuatan keyakinan melibatkan
semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
- Keyakinan kelas ditinjau kembali
dari waktu ke waktu.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembentukan keyakinan kelas adalah sebagai berikut :
1.
Meminta murid berdiskusi untuk
bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati.
2.
Mencatat semua masukan-masukan
murid di papan tulis agar semua murid bisa melihat hasil curah pendapat.
3.
Menyusun keyakinan kelas dan
mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
4.
Mengajak murid untuk menemukan
nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari kesepakatan tersebut.
5.
Setelah keyakinan kelas selesai
dibuat, maka semua murid dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan
menandatangani keyakinan kelas tersebut.
6.
Keyakinan Kelas selanjutnya bisa
dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
Ketika dalam penerapan keyakinan kelas terdapat murid
yang melanggar nilai keyakinan yang telah di sepakati, maka hendaknya guru mampu
menempatkan posisi kontrol guru yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang
terjadi. Seyogyanya, posisi kontrol manajer merupakan posisi yang paling ideal
untuk kita terapkan. Ketika kita menerapkan posisi kontrol manajer ini kita
dapat menggunakan segitiga restitusi dalam membantu murid memperbaiki kesalahannya.
Segitiga restitusi yaitu suatu proses dialog yang di
jalankan oleh guru agar murid dapat menghasilkan murid yang mandiri dan
bertanggungjawab. Tahapan segitiga restitusi diawali dengan sikap memahami
tindakan murid (Menstabilkan Identitas). Kemudian guru mencoba memahami alasan perilaku tersebut (Validasi Tindakan yang salah).
Selanjutnya, siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan meminta murid untuk mencari solusi dalam memperbaiki kesalahannya (menanyakan
Keyakinan). Segitiga restitusi adalah cara terbaik dalam menyelesaikan
permasalahan murid karena murid dapat merefleksikan kesalahannya dan berusaha
memperbaiki kesalahan mereka sendiri.
Dalam mewujudkan budaya positif sekolah di perlukan kerja sama
dan kolaborasi semua pihak sekolah. Oleh sebab itu, untuk memberikan pemahaman
tentang budaya positif sebagai calon guru penggerak saya melakukan diseminasi
mewujudkan budaya positif disekolah dengan berbagi praktik baik melalui
Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang telah di laksanakan pada tanggal 02 Juni
2024 melalui komunitas belajar SMAN Karang Dapo. Dalam kegiatan ini diikuti
oleh Kepala Sekolah, guru dan staf SMAN Karang dapo serta guru dari sekolah lain.
Dengan semangat guru penggerak, mari kita wujudkan budaya positif di sekolah kita agar menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab.