Jumat, 14 Juni 2024

Artikel Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif

 

Menumbuhkan Budaya Positif Di Sekolah

Oleh : Sulastri Wahyuningsih



Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif. Hal ini menjadi penting untuk diciptakan karena lingkungan yang positif, yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama dapat menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik. Dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar dapat mewujudkan murid menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat serta bertanggung jawab. Selain itu, suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran.

Sebagai pendidik dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid kita dapat memulainya dengan pembentukan lingkungan kelas yang positif yaitu dengan menumbuhkan sikap disiplin positif melalui pembentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan yang universal yang berkembang tanpa membedakan suku, agama, ras, negara dan sebagainya serta telah disepakati bersama seluruh warga kelas. Dengan adanya keyakinan kelas ini di harapkan murid dapat memiliki motivasi dari dalam diri sendiri (motivasi internal) dalam berperilaku baik. Murid tetap akan melakukan perilaku baik bukan karena takut hukuman maupun mengharapkan penghargaan, namun murid berperilaku baik karena ingin menjadi orang yang mereka inginkan, menghargai diri sendiri dengan menjunjung nilai-nilai yang mereka yakini.

Ciri-ciri keyakinan kelas antara lain :

  •       Bersifat lebih abstrak daripada peraturan yang lebih rinci dan konkret
  •       Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal yang dibuat dalam bentuk kalimat positif.
  •       Keyakinan kelas tidak dibuat dalam jumlah banyak sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  •       Keyakinan kelas merupakan sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan kelas tersebut.
  •       Pembuatan keyakinan melibatkan semua warga kelas melalui kegiatan curah pendapat.
  •       Keyakinan kelas ditinjau kembali dari waktu ke waktu.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembentukan keyakinan kelas adalah sebagai berikut :

1.     Meminta murid berdiskusi untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati.

2.     Mencatat semua masukan-masukan murid di papan tulis agar semua murid bisa melihat hasil curah pendapat.

3.     Menyusun keyakinan kelas dan mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.

4.     Mengajak murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari kesepakatan tersebut.

5.     Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua murid dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut.

6.     Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.




Ketika dalam penerapan keyakinan kelas terdapat murid yang melanggar nilai keyakinan yang telah di sepakati, maka hendaknya guru mampu menempatkan posisi kontrol guru yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Seyogyanya, posisi kontrol manajer merupakan posisi yang paling ideal untuk kita terapkan. Ketika kita menerapkan posisi kontrol manajer ini kita dapat menggunakan segitiga restitusi dalam membantu murid memperbaiki kesalahannya. Segitiga restitusi yaitu suatu proses dialog yang di jalankan oleh guru agar murid dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab. Tahapan segitiga restitusi diawali dengan sikap memahami tindakan murid (Menstabilkan Identitas). Kemudian guru mencoba memahami alasan perilaku tersebut (Validasi Tindakan yang salah). Selanjutnya, siswa diingatkan tentang keyakinan kelas dan meminta murid untuk mencari solusi dalam memperbaiki kesalahannya (menanyakan Keyakinan). Segitiga restitusi adalah cara terbaik dalam menyelesaikan permasalahan murid karena murid dapat merefleksikan kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahan mereka sendiri.




Dalam mewujudkan budaya positif sekolah di perlukan kerja sama dan kolaborasi semua pihak sekolah. Oleh sebab itu, untuk memberikan pemahaman tentang budaya positif sebagai calon guru penggerak saya melakukan diseminasi mewujudkan budaya positif disekolah dengan berbagi praktik baik melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang telah di laksanakan pada tanggal 02 Juni 2024 melalui komunitas belajar SMAN Karang Dapo. Dalam kegiatan ini diikuti oleh Kepala Sekolah, guru dan staf SMAN Karang dapo serta guru dari sekolah lain.





Dengan semangat guru penggerak, mari kita wujudkan budaya positif di sekolah kita agar menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab.